Rabu, 11 Maret 2009

GAYA HIDUP PEREMPUAN DI BELANDA

Belanda Juara dalam Kerja Paruh Waktu

Tujuan Millenium 3

Maurice Laparliere

03-07-2007

amsstraat.jpgPerempuan Belanda, dengan ironis disebut sebagai 'juara paruh waktu'. Mereka bekerja secara masal, tapi tidak penuh waktu. Ibu-ibu dengan pekerjaan penuh merupakan suatu pemandangan yang langka. Jumlah keseluruhan jam kerja para perempuan Belanda menunjukkan gambaran yang mencengangkan. Belanda berada di peringkat paling bawah di Eropa.

Mencuci dan memasak
Apakah para perempuan Belanda malas? 'Tidak', demikian jawaban sedikit sinis yang keluar dari mulut penulis dan konsultan perusahaan Heleen Mees. 'Memasak dan mencuci dikerjakan lebih dari cukup oleh mereka'. Sayangnya mereka tidak berambisi. Jumlah perempuan yang menduduki fungsi tinggi di Belanda bisa diperbandingkan dengan negara-negara Islam seperti Pakistan. Pada posisi pucuk pimpinan perusahaan, hanya 4 persen saja diisi oleh perempuan. Menyedihkan apabila memikirkannya karena selama masa studi, perempuan berprestasi lebih baik dibandingkan laki-laki!" Demikian Mees.

Heleen Mees bisa disebut sebagai seorang feminis modern. Ia suka berdebat dan melakukan provokasi untuk membawa perubahan. Kolomnya di surat kabar seringkali menyebabkan perdebatan sengit baik di kalangan teman maupun lawan. Mees merasa gemas melihat peranan dan mentalitas perempuan Belanda.

Di rumah bersama anak-anak
Heleen Mees secara bergantian tinggal di New York dan Amsterdam. Ketika berjalan-jalan di pusat kota Amsterdam di suatu siang, Heleen Mees tidak bisa menyembunyikan kekelamannya. "Lihat itu para perempuan dengan kereta-kereta bayi yang duduk-duduk di teras. Lihat itu di sana dua petugas polisi perempuan. Saya senang menyaksikan mereka. Tapi bagaimana nantinya apabila mereka mendapat anak, apakah mereka akan berhenti bekerja atau mereka akan tetap bekerja? Saya berharap mereka tetap bekerja karena kita membutuhkan komisaris polisi perempuan. Asal saja mereka tidak memutuskan untuk dengan sendirinya tinggal di rumah..."

Kenangan
Jurnalis Fleur Jurgens melihat permasalahan dengan kacamata yang sama sekali berbeda. Walaupun karir cerah menantikannya, Jurgens dengan sadar memutuskan untuk menyerahkan sebagian jam kerjanya untuk bisa meluangkan waktu lebih banyak dengan keluarga. Pendek kata: kenangan masa remaja akan dibawa selamanya. Dan dalam banyak kenangan, yang muncul adalah ibu dan ayah. Di sekolah putrinya Sien, yang berusia 4 tahun, memeluk ibunya. Jurgens merupakan salah satu dari segelintir ibu yang menjemput anaknya untuk makan siang.

Sebagian besar anak membawa bekal dari rumah dan memakannya di sekolah. Jurgens sama sekali tidak sepakat dengan usulan sang feminis Helen Mees bahwa perempuan berpendidikan tinggi sebaiknya menyerahkan sebagian besar tugas perawatan anak sehingga mereka dapat bekerja penuh waktu.

Ecole primaife aux Pays-Bas

Menurut Jurgens, power feminis seperti Helen Mees gampang saja berbicara. 'Mereka pasti tidak memiliki anak dan tidak memahami apa yang mereka omongkan'. Namun argumen ini ditolak mentah-mentah oleh Mees yang walaupun tidak memiliki anak tapi berharap untuk dapat anak.

Heleen Mees: 'Apabila saya menghendaki anak, maka saya akan mencari tempat penitipan yang baik. Di sana, seorarng anak justru akan menjadi lebih baik. Ini dibuktikan oleh hasil penelitian. Meluangkan terlalu banyak waktu dengan orang tua justru bisa menyesakkan. Berhubungan dengan orang lain, para pengasuh yang berkualitas bisa mengembangkan keingintahuan anak. Anak akan menjadi lebih tangguh dan optimis. Yang pasti, hal ini nantinya akan membantu memerangi ketidaksetraan antara perempuan dan laki-laki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar