Senin, 19 April 2010

AKU OHIDHA



Aku adalah salah satu dari sekian Juta jiwa OHIDHA atau Orang yang hidup bersama dengan ODHA yang ada di dunia ini.

Hari ini aku harus mengikuti kebaktian pemakaman saudara sepupuku yang terkapar AIDS dan meninggal kemarin sore.Pengalaman aku sebagai aktivis dalam program pencegahan HIV dan AIDS di Papua membuat sepupuku ini sering mengeluhkan apa yang dirasakannya kepada saya.Jaringan Relawan dari pihak keuskupan dan Rumah sakit Dian Harapan sangat membantu dalam merawat saudara ini semasa hidupnya,sayangnya aku hanya menjumpai ibu-ibu relawan saja pada pagi di rumah duka..Bruder Agus yang setia mendampingi tak aku jumpai.Semua keluarga dekat mengetahui dan menerima kondisi ini.Isteri dari almarhum yang mendampingi ditepi jenazah terus tertunduk,dia juga ODHA.Anak kandung pasangan ini hanya 1 orang dan dari pengamatan luar kami,beberapa kami berkesimpulan bahwa anak ini pun harus di test darahnya.

Memang cerita aku sebagai OHIDHA ini bukan cerita terbaru dari seorang OHIDHA di dunia ini,banyak ceritera suka dan duka dari OHIDHA.

Kekuatan mereka ada sebenarnya pada dukungan orang disekitarnya,dan sebenarnya Stigma dan diskrimanasi adalah pembunuh pertama bagi seorang ODHA.
Stigma dan Diskrimasi itu sendiri dapat juga dibendung mulai dari orang-orang disekitarnya.

Aku sebagai seorang OHIDHA selalu harus mampu untuk menerjemahkan perasaan kasih ini dalam bentuk tindakan nyata.

Harapan aku sebenarnya adalah kurangi pergumulan karena Virus ini,tapi terlepas dari itu semua "Rencana Tuhan adalah diatas segalanya..."

Kini aku harus kembali beraktifitas lagi..tapi masih ada yang ditinggalkan oleh saudaraku ini..anak dan isterinya..berikan aku kekuatan dan ajarkah aku untuk mengasihi mereka ini karena aku seorang OHIDHA.

Jumat, 16 April 2010

PENGHARGAAN TERTINGGI BAGI PEREMPUAN PAPUA









Kutipan bacaan tentang : Wanita Jenderal Bintang Empat Pertama di AS
Di Majalah Aneka tgl.November 16, 2008

Jenderal Ann Dunwoody menerima bintang keempatnya dalam satu upacara di Pentagon dari Menteri Pertahanan Robert Gates dan Kepala Staf Militer Jenderal George Casey, Jumat (14/11).
Wanita Jenderal Bintang Empat Pertama di AS Ann Dunwoody menjadi wanita pertama berpangkat jenderal bintang empat di militer AS,pangkat paling tinggi dalam militer di negara adidaya itu.


Promosi itu menandai berakhirnya rintangan rasial dan jenis kelamin di militer AS, yang terjadi kurang dari dua pekan setelah Barack Obama menjadi orang Afrika Amerika pertama yang menjadi presiden AS.


“Meskipun ini membutuhkan waktu lama, mungkin lebih dari yang seharusnya, apa yang tejadi di sini hari ini merupakan sesuatu yang seluruh militer dapat rayakan dan banggakan,” kata Casey.

Dunwoody terlahir dari keluarga militer. Beberapa generasi Dunwoody telah berperang dalam setiap perang AS sejak perang kemerdekaan. “Hari ini, kita beruntung hidup pada waktu yang luarbiasa, waktu yang mendorong kita lebih dekat ke cita-cita yang kita pertahankan, hidup dengan, dan bela,” kata Casey.

Dunwoody akan memimpin Komando Material Militer, salah satu bagian terbesar Pentagon yang bertanggungjawab atas operasi logistik dan pasokan di seluruh dunia.




%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%


Ketika aku membaca artikel ini aku hanya berpikir : "kapan itu dapat terjadi di Tanah ku Papua?",atau "Kapan ada Promosi tertinggi seperti ini bagi perempuan Papua?",atau "Kapan Perempuan Papua di data untuk mengukur kemampuannya?"...

Beberapa pertemuan yang kami lewati bersama teman-teman aktivis perempuan selalu mengangkat isu penghargaan bagi perempuan,rendahnya kapasitas perempuan..dan hampir segudang isu tentang perempuan di tanah Papua.

Kini di bulan April 2010,hampir setiap bulan April melihat dan mendengar peringatan hari Kartini,aku selalu berpikir "Apakah perempuan Papua di kampung sana tahu tentang Kartini?"...jangan-jangan ketika ditanya mama di kampung bertanya balik..Kartini dia Fam apa?..siapa pun anak?...dsbnya..
Sementara di Ibukota Provinsi sampai kecamatan merayakannya..
Pahlawan emansipasi wanita ini,tidak dikenal didusun-dusun tertinggi dan terdalam di Tanah Papua...Aku tak pernah dengar ada satu kata sambutan di hari Kartini yang mengangkat nama seorang mama Papua..taruhlah seperti Alm.Mama Koibur atau Mama Yosepha Alomang atau lainnya..tak pernah..kenapa?...akupun terus bertanya setiap bulan April..


Perempuan Papua hanya bisa berdiri kuat dan teguh apabila ditolong oleh kaum laki-lakinya..Laki-laki Papua. Hal ituu tidak bisa kita pungkiri..kita butuh power dari laki-laki yang dimana-mana menduduki jabatan tertinggi yang sangat sulit digapai oleh seorang Perempuan Papua...Kalau sampai ada satu dari antara kaum perempuan papua yang menduduki posisi tertinggi itupun hanya dapat dihitung dengan jari...1,2,3 dstnya tapi sepertinya belum sampai hitungan 20..

Kadang ada selisih anggapan sukses bagi perempuan papua juga..Kaum Perempuan menganggap bahwa seorang perempuan papua ini sukses dan bagus karirnya...tetapi kita pasti akan mendengar baik sayup-sayup maupun jelas suara dari kaum laki-laki Papua yang mengatakan bahwa..Yah tetapi dia hanya seorang perempuan,bagaimana suamimu?anakmu?...
Kata-kata dan pertanyaan jebakan..kadang dan sering menjadi batu sandungan bagi perempuan Papua jatuh dan susah untuk bangkit kembali..

Melewati hari-hari perjalan kelapangan baik di Sarmi,Jayawijaya,Yapen,Timika dsbnya..tak pernah lupa untuk menghampiri mereka...Kaumku..Perempuan Papua..hanya sekedar menyapa,bercanda aku mencari Mata dan senyuman lugu mereka.


Akhirnya saya tetap salut dan kagum pada perempuan papua baik yang ada digunug sana,dilembah rawa-rawa sulit,dipulau-pulau sebelah ombak sana,dimanapun mereka berada...mengapa?karena mereka kuat...penghargaan Jasa tertinggi sebenarnya adalah untukmu Perempuan Papua dari Tanahmu dan Kaum laki-lakimu...GOD BLESS PAPUAN WOMAN


Keterangan Gambar :
*Dokumentasi PcDP UNDP Papua Office - Paul Sutmuller

Minggu, 11 April 2010

Injil dan Kesetaraan Gender didalam keluarga




Kali ini untuk kesekian kalinya aku mendengar berita firman Tuhan dalam ibadah minggu pagi berbicara tentang Kesetaraan gender.
Persamaan Hak antara Laki-laki dan perempuan dalam perspektif Alkitab.
Bagian ini dikulas habis oleh seorang pendeta Laki-laki dari atas mimbar.
Bagaimana Rumah tangga atau Keluarga yang merupakan Gereja terkecil dapat difungsikan sebagai pusat praktek untuk kesetaraan gender.
Pemberitaan Injil dimulai dengan saling mambantu dan saling mendukung antara suami isteri ,antara anak laki-laki dan perempuan didalam keluarga.
Cuci piring,cuci pakaian,Lap lantai,membersihkan rumah bukan hanya dapat dilakukan oleh perempuan.
Perempuan juga harus bisa mendukung suami bukan malah mengatur suami secara berlebihan dsbnya.
Kalau kita melakukan ini dalam kehidupan kita berarti kita telah mewartakan Injil..intinya segala yang baik yang kita lakukan adalah INJIL..

Dan peristiwa Paskah adalah awal dari Injil mulai tersebar..

Bagiku hal ini cukup luarbiasa diulas oleh pendeta di minggu ini.
Sebagai seorang pekerja pengembangan masyarakat saya juga kagum akan istilah kali ini dimana Peristiwa paskah 2000 tahun yang lalu diartikan sebagai suatu peristiwa "Keberlanjutan Hidup Manusia " ...

Hidup yang berkelanjutan...yah..pasti apabila semua kita ada didalam Tuhan dan dapat terjadi kalau saja kita melakukan semua yang disenangi oleh Tuhan.

Selamat memasuki minggu yang baru.Tuhan berkati!.

Sabtu, 10 April 2010

KASIH IBU SEPANJANG MASA



Ketika saya mendapatkan gambar email ini dari seorang sahabat dekatku (Mey Ratulangi) aku hanya terkagum.Tak ada kata yang dapat aku ucapkan.
Itulah kasih seorang ibu,tak memikirkan batas kasih dan masa tetap abadi pada anaknya.
Tuhan sungguh baik pada manusia dengan menghadirkan sosok perempuan yang selalu melindungi anaknya dan mengasihi sepanjang masa.

Aku jadi teringat lagu anak-anak :

Kasih Ibu
kepada beta
tak terhingga
sepanjang Masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya
menyinari dunia

Kasih Ibu memang sepanjang Masa..

Seni Merangkai bunga


Jumat, 09 April 2010

Untuk Mama Papua, Bukan Pasar Biasa






Perjuangan SOLPAP Untuk Pasar Affirmative Bagi Mama Papua
Kutipan tulisan dari : Walhamri Wahid
Kamis, 25 Maret 2010

Dari tahun ke tahun Mama Yomima masih tetap “taduduk” di emper trotoar depan Supermarket Gelael, beralaskan karung goni bekas pake` gulung kangkung jualannya, bertudung handuk kumal yang sudah tiga hari tra` pernah cuci, ia tetap setia menjajakan pinang, kangkung, dan bunga pepaya. Dia berjualan sudah hampir 10 tahun seperti itu, seumur Otsus yang katanya untuk orang Papua seperti dirinya.



Mama ini setiap hari dengar di radio, atau dengar biasa pejabat dong pidato di depan kitorang bahwa sekarang itu su` ada Otsus, yang katanya bisa angkat torang orang Papua pu` derajat, tapi sampai hari ini torang tetap begini, baru kapan torang ini bisa seperti orang Cina dorang, Makate (Makassar), atau orang Jawa dorang, padahal ini kita pu` tanah, pemerintah harus bisa jawab ini semua, kami su` bosan dapat tipu !
Ungkapan kekesalan itu meluncur deras dari mulut seorang perempuan Papua yang berprofesi sebagai penjual pinang dan sayur – mayur lokal di emperan depan Supermarket Gelael. Di tengah kegetiran hidupnya, ia harus bertahan hidup dan dipaksa bersaing dengan “sang supermarket” yang juga menjual sayur – mayur sejenis yang dari ikatannya sudah pasti lebih kecil tapi di kemas lebih mewah sehingga menarik pembeli untuk membeli di supermarket ketimbang membeli di mama – mama Papua yang berjualan di emperan.



Ironisnya hampir sebagian besar orang Papua yang nota bene berstatus pejabat lebih memilih berbelanja di Supermarket tersebut ketimbang di mama – mama Papua yang taduduk di emperan.
Rupanya status dan suasana belanja yang nyaman lebih menggoda ibu – ibu pejabat kita untuk berbelanja di Supermarket dari pada di pinggir jalan, pertanyaannya apakah Pemerintah tidak bisa mengangkat sedikit derajat mama – mama Papua ini dengan menyediakan fasilitas yang sedikit layak bagi mereka ? Biar para pejabat kita juga betah berlama – lama berbelanja di pasar itu ?
Itulah substansi perjuangan Solidaritas untuk Mama – Mama Pedagang Asli Papua (SOLPAP), dimana mereka berharap paling tidak dengan adanya sebuah pasar yang representatif bagi mama – mama pedagang Papua, cipratan Otsus yang konon katanya sudah mulai berhasil itu bisa terlihat dan dinikmati juga oleh mama – mama pedagang asli Papua itu.
“yang kami inginkan bukan konsep pasar seperti pasar kebanyakan yang sudah ada di Papua maupun Indonesia, bagi mama – mama Papua ini perlu satu konsep pasar yang berpola afirmative dan memberikan perlindungan serta pendampingan kepada mereka melalui serangkaian pendidikan dan pelatihan tanpa harus mereka meninggalkan aktivitas mencari nafkah”, tandas Rudolf Kambayong, OFM selaku Koordinator SOLPAP.
Menurut Kambayong dan rekan – rekan aktivis LSM lainnya yang menjadi pendamping pasar yang ada saat ini bukannya semakin memberdayakan mama – mama Papua, tapi justru semakin menyisihkan mereka, karena mereka belum siap menghadapi persaingan bebas, jadi diperlukan sebuah pendekatan baru.
“kami sudah punya gambar dan konsep yang selama ini sudah kami presentasikan ke banyak pihak, kami berharap itu yang menjadi rujukan bagi Pemerintah dalam membangun pasar itu nantinya”, jelas Kambayong lagi.
Impian dan perjuangan panjang SOLPAP nampaknya tidak bertepuk sebelah tangan, dimana seperti disampaikan oleh Plt. Sekda Provinsi Papua, bahwasanya telah dianggarkan Rp 5 Milyard untuk menjawab tuntutan mama – mama pedagang asli Papua itu, dimana dana tersebut dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum.
“ya, dalam waktu dekat ini kami akan segera realisasikan pembangunannya, dimana kosepnya mengadopsi kebiasaan dan budaya masyarakat Papua dalam melakukan jual beli”, tandas Kadinas PU Provinsi Papua Jansen Monim.
Sedangkan untuk lokasinya direncanakan berada di areal milik PD. Irian Bhakti, tepatnya di eks Toko Kawat samping Toko ABC Jayapura.
“sedang dalam proses tender, mudah – mudahan selesai cepat !”, kata Jansen Monim kepada Bintang Papua kemarin.
Paling tidak statement yang dilontarkan petinggi di Pemprov itu bisa sedikit membawa angin segar bagi mama – mama Papua dan selanjutnya menjadi tugas SOLPAP untuk memastikan bahwa janji itu tidak berhenti pada tataran janji semata, dan yang terpenting konsep pasar yang dibangun nantinya bukan sekedar pasar kebanyakan, namun harus bersifat memberdayakan mama – mama Papua.
Perjuangan SOLPAP sendiri secara intensif sudah dimulai sejak tahun 2008 lalu, dimana serangkaian pertemuan dilakukan dengan Pemkot, DPRD dan DPRP, bahkan ketika itu sampai harus dialokasikan dana mencapai Rp 1 Milyard lebih untuk pembentukan Panitia Khusus (Pansus).
Dimana dari Pansus tersebut dibentuk lagi 3 Kelompok Kerja (Pokja), yakni Pokja Desain dan Konstruksi, Pokja Lokasi, dan Pokja Dana atau pembiayaan, namun menurut pantauan SOLPAP seperti disampaikan Rudolf Kambayong hanya Pokja Desain yang aktif melakukan beberapa pertemuan namun ujung – ujungnya desain usulan SOLPAP jugalah yang beberapa waktu lalu di presentasikan kanan kiri, karena Pokja juga tidak menelurkan apa – apa.
“Pansus waktu itu diketuai Yan Ayomi, ketika itu sempat terjadi saling lempar tanggung jawab antara Pemprov dengan Pemkot”, tutur Kambayong mengingat bagaimana perjuangan SOLPAP selama ini melakukan advokasi terhadap mama – mama Papua.
Dimana dalam pertemuan dengan Pemkot 10 Oktober 2008, Pemkot mengaku tidak memiliki dana untuk itu dan menegaskan itu menjadi tanggung jawab Pemprov, dan pada 14 Oktober 2008 SOLPAP mencoba mengirim proposal namun tidak mendapat tanggapan.
Setelah menanti sekian lama, akhirnya 14 September 2009 barulah mama – mama pedagang asli Papua bisa bertemu dengan Gubernur yang kebetulan saat itu tengah kedatangan tamu Duta Besar Inggris.
“dua tahun lamanya kami meminta waktu untuk bertemu dengan Gubernur baru kesampaian 14 September lalu, dan itu juga karena ada kunjungan Dubes sehingga Gubernur berkenan menerima kami, dan pada kesempatan itulah Gubernur mengutarakan janji menuntaskan urusan ini di 2010”, cerita Kambayong.
Perjuangan tanpa kenal lelah itu nampaknya bakal terjawab sudah, namun sekali lagi dibutuhkan persatuan untuk terus mengingatkan pemerintah, bahwa ini adalah persoalan serius yang harus ditangani segera, jangan hanya sekedar janji semata.***





(Data gambar dari milis tetangga)

Pasar bagi Mama Papua...apa ini hanya suatu slogan untuk menarik minat perempuan asli papua atau hanya sebagai muatan politik bagi perebutan kantong suara perempuan papua?...Lips service mungkin ini kata yang tepat...kadang saya berpikir kalau saya jadi seperti mereka para pengambil keputusan dan kebijakan pasti akan saya wujudkan..apa yang susah sebenarnya..
Hati Nurani merupakan suatu kata kunci yang mungkin bisa menjadi suatu password untuk membuka kantong dana bagi pelaksanaan pembangunan Pasar bagi Mama Papua yang bukan hanya diatas sebuah blue Print RAB saja tetapi menjadi suatu yang Nyata...

Kapan lagi kalau bukan sekarang ...siapa lagi yang akan buat kalau bukan kalian anak-anak adat Papua pengambil keputusan di Tanah Papua yang kita cintai bersama ini.

Pembangunan tanpa memperhatikan kebutuhan kaum perempuan adalah sesuatu yang sia-sia.

Jumat, 02 April 2010

ASESORIS TATO PEREMPUAN YOUTEFA TEMPO DULU


Gambar tato pada tubuh perempuan youtefa tempo dulu,yang dibuat dengan menggunakan alat duri sagu,tulang ikan,dan pewarna dari daun warna .
Prosesi ini dilakukan pada saat seorang perempuan menginjak remaja dan dewasa ,ini merupakan bagian dari tata rias tubuh yang dimiliki oleh mereka ditambah dengan asesoris anting,gelang dan bunga-bunga wangi lainnya.

Kamis, 01 April 2010

PASKAH bersejarah di Metu Deby







(dikutip dari tulisan Penatua L.Hamadi di Cenderawasih Pos-tgl 6 April 2010)


Tepat saat itu hari Minggu tanggal 3 April 1892,missionaries G.L.Bink dan beberapa anak muda dari pulau Roon tiba di Pulau Metu debi.
Sore itu mereka melaksanakan suatu kebaktian dengan lagu dan bacaan firman oleh G.L.Bink.Ditengah arus Youtefa yang teduh di sore itu dengan diiringi suara alam yang merdu,kejadian permulaan sejarah injil diukir di daratan Youtefa,yang kemudian bergaung hingga mencapai kampung-kampung sekitar teluk yang indah ini.
Roh kudus menggerakan hati Ondoafi Yanti untuk menyuruh Waro Wasa Itaar melihat apa yang sedang terjadi pada sore itu di penginapan Tuan Smborway di Pulau metu debi .
Fajar kemenangan yang dibawa oleh seorang missionaries yang mengalami banyak tantangan dan gejolak dalam kehidupannya.Keempat anaknya meninggal di Mansinam,anak yang terkecil menderita ayan(epilepsy),isterinya mengalami gangguan jiwa dan pulang ke Belanda dalam keadaan Gila pada waktu itu G.L.Bink masih berada di Youtefa untuk misi pekabaran injil.

Minggu Paskah itu,menjadi Fajar kemenangan bagi kehidupan manusia di Teluk Humboldt.
Sekelumit kisah ini yang diambil dan dikumpul secara acak dari berbagai bacaan tentang zendeling bahkan catatan harian G.L.Bink sendiri,memang betul-betul mau mengajak kita untuk melihat betapa besarnya Kuasa dan Rencana Tuhan bagi kita yang ada di Tanah ini.
Waro Wasa Itaar yang kemudian ke Pulau Roon bersama Fdae Hamadi ( meninggal di Roon ) belajar Bahasa Melayu selama 3 bulan disana. Kembali ke Youtefa dan selanjutnya membantu kegiatan para zendeling disana.
Beberapa tahun kemudian tanpa terduga muncul seorang Laurens Mano,yang dengan penuh semangat menjadi seorang anak negeri ini yang dipakai dengan luar biasa oleh Tuhan ,membantai habis semua gerakan kegelapan di kawasan ini.Setelah masa Laurens Mano,benih injil yang ditabur pada Minggu Paskah 3 April 1892 itu tumbuh subur menghasilkan nama-nama besar dalam perkembangan gereja dari masa kemasa seperti :
di Tabati ; Zeblon Ireeuw() ,David Hamadi (),Darius Haay,Hein Haay,Frans Ondi,John Mano ;di Enggros : Sokrates Samay,Seppy Samay,Didimus Iwo,Guru Ansua; di Skou : Guru Lanta, di Kayu Pulo :Pdt.Silas Chaay
Diatas kerapuhan Hati seorang Bink,Diatas Semangat seorang Laurens Mano dan kawan-kawan,Diatas Kemenangan Injil Tuhan atas kuasa Gelap di Teluk Humboldt,kami berdiri teguh menegakan salib kristus setinggi-tingginya sehingga hanya nama Tuhan yang dipuji dan dipermuliakan dan akhirnya semua manusia mau mengatakan :Dialah Allah Yang perkasa,yang dulu ,sekarang dan akan tetap Hidup untuk selama-lamanya .
Selamat Merayakan Fajar Paskah.